Menjadikan Al-Qur'an sebagai Pedoman Hidup


Islam yang kita yakini sebagai agama yang benar telah mengatur berbagai aspek kehidupannya dalam Al-Qur’an sebagai kitab sucinya maupun dalam Hadist-hadist. Al-Qur’an sendiri sebagai kitab suci umat islam memuat berbagai aturan dan pedoman hidup, sejarah-sejarah umat-umat dan nabi-nabi terdahulu, serta mengandung berbagai hikmah dan ilmu pengetahuan yang bahkan sangat relevan dengan realitas kehidupan manusia di abad ke-21 ini.


Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam telah menggariskan segala hal dalam aspek kehidupan manusia. Al-Qur’an secara tersirat bahkan tersurat telah mengatur aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, dan lain sebagainya yang umat islam pun wajib hukumnya untuk mengimaninya sebagai bagian dari rukun iman (6 rukun iman).

Al-Qur’an diturunkan sebagai penyempurna kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT sebelumnya, baik itu Zabur, Taurat, maupun Injil. Allah berfirman:

“Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya, membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil sebelum Al-Qur’an, menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat, dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa)” (QS. Ali Imran: 3-4)

Dalam berbagai ayat lain pun juga menjelaskan bahwa Al-Qur’an sejatinya memang diturunkan sebagai kitab terakhir, untuk nabi dan rasul terakhir, untuk menyempurnakan ajaran tauhid, sebagai pedoman hidup umat manusia.

Tidak akan pernah ada keraguan dan kekeliruan dalam ayat-ayat yang disampaikan Al-Qur’an, dan tidak akan pernah ada seseorang pun yang mampu menandingi kalimat-kalimat indah Al-Qur’an. Allah SWT sendirilah yang telah menjaminnya bahwa Ia akan menjaga kemurnian Al-Qur’an sebagaimana sediakala ia diturunkan.

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 2)

”Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al- Qur’an ini, niscaya tidak mereka akan dapat membuatnya walaupun sebagian mereka membantu sebagian (yang lain)”(QS. Al-Israa’: 88)

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Al-Hijr: 9)

Dalam Surah Al-Hijr ayat 9 tersebut Allah SWT menggunakan kata inna dan nahnu “kami”. Disamping bermakna sebagai keyakinan dan kepastian bahwa Allah SWT langsung yang akan menjamin dan memeliharanya, ayat tersebut juga mengandung makna (menurut para ulama tafsir) bahwa dalam pelaksanaannya, proses pemeliharaan itu mempergunakan ikhtiar dan usaha yang bersungguh-sungguh dari manusia yang mencintai Al-Qur’an. Analoginya adalah sebagaimana pemberian rezeki, Allah selalu dan senantiasa menggunakan kata-kata nahnu narzukukum, “Kami yang memberi rezeki pada kamu” yang juga mengandung makna bahwa rezeki itu dijamin Allah, namun tetap saja dalam prakteknya berkaitan dengan usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri.

Maka sudah jelaslah betapa suci dan luar biasanya Al-Qur’an sebagai pegangan dan pedoman hidup umat islam.

Berkenaan dengan sikap yang harus dimiliki umat islam terhadap Al-Qur’an, selain membiasakan membaca dan mentadabburinya, kita juga harus berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di segala aspek kehidupan. 

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Ia berkata, Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpun aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku adalah seorang yang melihat. Allah berfirman, demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya dan begitu (pula) pada hari ini, kamu pun dilupakan” (QS. Thaha: 124-126)

Keterpurukan dalam bidang ekonomi yang sekarang kita rasakan merupakan akibat dari jauhnya aktivitas perekonomian dari nilai-nilai Qur’ani. Seolah kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang terpisah dari Al-Qur’an. Ini terlihat dari mengguritanya penggunaan sistem riba dalam kehidupan perekonomian. Padahal Allah telah memperingatkanmelalui firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Al-Baqarah: 278)

Begitu pula Allah dengan tegas melarang terkonsentrasinya harta-benda (kekayaan) negara di tangan sekelompok elit saja sebagaimana ditegaskan dalam Surah Al-Hasyr ayat 7.

Hal itu menyebabkan ketidakadilan yang akan menciptakan kesenjangan sosial dan menimbulkan berbagai problematika sosial lain. Krisis yang dialami Indonesia kini seharusnya semakin menyadarkan kita akan kebenaran ajaran Al-Qur’an (Islam). Keyakinan harus ditumbuhkan pada umat islam, bahwa penerapan nilai-nilai Al-Qur’an pada bidang ekonomi akan membawa perekonomian negeri ini semakin membaik dan meminimalisir bahkan menghilangkan gap (kesenjangan) sosial.

Akibat lain dari jauhnya umat islam terhadap nilai-nilai Qur’ani adalah semakin rusaknya nilai-nilai moralitas (akhlak). Nilai-nilai akhlakul karimah semakin memudar dan malah berganti dengan akhlakul sayyah yang kian menyebar dan mendominasi di berbagai lini dan aspek kehidupan. Pergaulan semakin permisif dan serba bebas. Praktek-praktek suap dan penipuan sudah sedemikian lumrah dan menjamur. Angka kriminalitas kian merajalela. Berbagai permasalahan lain pun terjadi di berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, bangsa Indonesia terancam kehilangan satu generasi yang kesemuanya itu (permasalahan) disebabkan akibat diabaikan dan dilalaikannya Al-Qur’an sebagai penuntun, pedoman dalam hidup.

Maka, marilah kita semua berusaha bersama, berupaya bersama-sama untuk mengamalkan segala isi dan kandungan dalam Al-Qur’an secara menyeluruh tanpa kecuali. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa Rasulullah SAW bersama para sahabat telah mampu merubah wajah peradaban bukan hanya peradaban Arab, tapi juga wajah dunia ini. Para sahabat Rasulullah SAW mendapatkan gelar (predikat) sebagai generasi terbaik umat manusia. Hal tersebut dikarenakan mereka yang senantiasa mengaplikasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan mereka. Generasi mereka senantiasa senantiasa menjadi rujukan bagi generasi-generasi setelahnya. Mereka adalah tipologi masyarakat madani yang paling ideal yang pernah ada dalam panggung sejarah peradaban manusia. []

Comments

Popular Posts

Meneladani Akhlak Rasulullah SAW

Refleksi Diri dalam Meneladani Muhammad SAW

Koridor-koridor Toleransi dalam Agama