Meneladani Akhlak Rasulullah SAW


Faktor utama yang melandasi keberhasilan Rasulullah Muhammad SAW dalam membangun tatanan kehidupan islami menurut para ahli sejarah telah disepakati adalah karena ajaran Islam yang dibawa serta akhlakul karimah yang dimiliki dan ntercermin dalam diri Rasulullah SAW. Ia mampu mengubah wajah dunia Arab jahiliyah menjadi lebih islami dalam kurun waktu yang relatif singkat (±13 tahun di Makkah dan ±10 tahun di Madinah).


Aisyah dalam satu kesempatan ditanya oleh sahabat terkait akhlak Rasulullah SAW dan beliau menjawab dengan membacakan:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalat mereka, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji mereka dan orang-orang yang memelihara sembahyang mereka. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi (yakni) yang akan mewarisi surga Firdausi. Mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Mu’minun: 1-11)

Islam sebagai ajaran yang bersumberkan wahyu dari Allah SWT, maka ajarannya sudah barang tentu selaras, sejalan, dan sesuai dengan kebutuhan hidup manusia sepanjang masa.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (tetaplah lurus) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum: 30)

Seluruh perintah dan larangan dalam ajaran Islam pastilah dimaksudkan demi kemaslahatan hidup manusia.

Bidang muamalah pun demikian, merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan ajaran Islam, hal-hal menjadi prinsip (tsawabit) atau yang perlu dikembangkan dalam variabel-variabel (mutaghaiyyirat) pastilah berujung pada kemaslahatan hidup.

Akhlak Bermuamalah
Prinsip dan variabel-variabel tersebut harus pula ditampilkan dalam akhlak dan setiap perilaku para pelakunya. Aktivitas-aktivitasnya harus senantiasa mencerminkan sifat Rasulullah SAW (shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah) serta selalu istiqamah dalam jalan kebaikan dan kebenaran.

Shiddiq, artinya jujur dan selalu melandasi ucapan, keyakinan, dan amal perbuatannya dengan dasar nilai-nilai islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara uncapan dengan perbuatan. Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk bersifat dan menciptakan lingkungan shiddiq.

”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS. At-Taubah: 119)

Rasulullah SAW bersabda:
“Hendaknya kalian jujur (benar) karena kejujuran itu mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan akan mengantarkan ke dalam surga. Seseorang yang selalu berusaha untuk jujur akan dicatat oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kamu kidzb (dusta) karena dusta itu akan mengantarkan kepada kejahatan. Dan kejahatan akan mengantarkan kepada neraka. Seseorang yang selalu berdusta akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta” (HR. Bukhari)

Amanah, berarti bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajibannya. Sifat amanah wajib dimiliki oleh setiap mukmin, terlebih dalam aktivitas yang berhubungan (berinteraksi) dengan masyarakat.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hokum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat” (QS. An-Nisa’: 58)

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits bahwa sifat amanah akan menarik rezeki, sebaliknya khianat akan mengakibatkan kefakiran.

Tabligh, artinya mengajak sekaligus memberikan contoh pada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam segala aktivitas dan aspek kehidupan. Tabligh yang disampaikan dengan hikmah dan sabar, argumentatif, serta persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang semakin solid dan kuat.

Fathanah, mempunyai arti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala yang menjadi tugas serta kewajibannya (cerdas). Sifat ini akan menumbuhkan kreativitas dan kemampuan melakukan berbagai inovasi bermanfaat. Hal tersebut (kreatif dan inovatif) hanya mungkin dimiliki bilamana seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu-pengetahuan, peraturanm dan informasi, baik yang berkaitan dengan profesi (pekerjaan) maupun aspek-aspek kehidupan lainnya. 

“Berkata Yusuf, jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjada lagi berpengetahuan” (QS. Yusuf: 55)

Melalui sifat fathanah itu, Nabi Yusuf AS berhasil membangun Negeri Mesir yang makmur, sejahtera, dan adil.

Terakhir adalah istiqamah, dimana sebagai seorang muslim haruslah selalu konsisten dalam iman dan nilai-nilai kebaikan, meski berbagai godaan, rintangan, dan cobaan dating menghampiri silih berganti. Istiqamah dalam kebaikan harus ditampilkan dalam keteguhan hati dan tekad serta kesabaran dan keuletan (tekun) sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta” (QS. Fushshilat: 30-31)

Kontekstual dengan Kehidupan Sekarang
Di era sekarang, dimana berbagai macam kemudahan dalam aktivitas kehidupan manusia melalui kemajuan dan perkembangan teknologi (di berbagai bidang) sejatinya sangatlah membantu manusia dalam menjalankan berbagai rutinitas kehidupan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi misalnya, melalui berbagai media yang muncul menyebabkan percepatan akses informasi.

Namun, penting pula kita sebagai umat Islam untuk mawas diri terhadap berbagai perkembangan dan kemajuan dunia. Pengaruh budaya yang kurang baik, cara berpikir, dan berbagai hal lainnya dapat dengan mudah menyerang dan menjangkiti umat Islam dengan adanya berbagai kemajuan. Oleh karenanya sebagai seorang muslim haruslah senantiasa lapar dalam menuntut ilmu, melalui berbagai macam cara, sehingga memiliki wawasan dan pandangan yang luas dan mampu mempertimbangkan antara hitam dan putih dengan berbagai pertimbangan dan sudut pandang.

Sebisa mungkin sebagai seorang muslim untuk selalu memegang teguh nilai-nilai Islam dalam dirinya dan selalu berupaya menjadi insan terbaik dengan mengambil Rasulullah Muhammad SAW sebagai seorang suri tauladan. Menginternalisasikan sifat-sifat shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah dalam diri kita, serta dengan selalu berupaya keras untuk istiqamah dalam berlomba-lomba berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran. []

Comments

Popular Posts

Refleksi Diri dalam Meneladani Muhammad SAW

Koridor-koridor Toleransi dalam Agama