Pengokohan Tauhid sebagai Landasan Praksis Sosial


Seiring dengan berkembangnya zaman, kemajuan teknologi semakin pesat. Hal itu berdampak pada kehidupan manusia, terkhusus dalam dunia literasi, yang semakin lama justru semakin mengalami penurunan.

An-Nur Community hadir untuk mencoba menjawab permasalahan literasi, terkhusus di Kabupaten Bangkalan, Madura. Mencoba untuk men-korelasikan literasi antara teoritis dengan praksis.

Dalam momentum Bulan November sebagai bulan pahlawan di Indonesia, An-Nur menggandeng Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (RPK PC IMM) Bangkalan untuk mengadakan bedah buku dengan judul “Nalar Kemanusiaan Nalar Perubahan Sosial” yang ditulis oleh Piet Hizbullah Khaidir.

Kegiatan bedah buku dilaksanakan pada Ahad (26/11) dengan menghadirkan langsung Piet H. Khaidir, penulis buku tersebut. Ia memaparkan serta menguraikan secara detail karyanya tersebut. Mengambil dari sudut pandang teoritis dan historis, Piet menjelaskan mengapa buku tersebut hadir. “Nalar kemanusiaan itu hadir sebagai bentuk jawaban terkait permasalahan sosial yang ada,” ujarnya.

Piet meyakini bahwa perubahan sosial merupakan nalar yang niscaya dalam pergulatan beragama, interaksi sosial, kebudayaan, politik, dan ekonomi. Nalar perubahan sosial dalam berbagai macam bidang itu merupakan nalar kemanusiaan. Dengan kata lain, perubahan sosial adalah tradisi kemanusiaan, sedangkan nalar kemanusiaan merupakan paradigma yang harus menyertai setiap pemancangan perubahan sosial itu. “Selain itu, Nalar kemanusiaan digunakan sebagai refleksi sosial serta teladan bagi masyarakat secara umum sebagai bentuk peejewantahan pola pikir kita untuk bergerak memberikan perubahan-perubahan secara holistik,” tuturnya pada acara yang digelar di Balai Penyuluhan Kecamatan Kamal, Bangkalan tersebut.

Piet menyampaikan pula pentingnya landasan spiritual dalam setiap langkah aktivitas dan gerakan untuk perubahan sosial yang dilakukan. “Tauhid itu berimplikasi pada dua, yaitu individunya dan dalam lingkup sosialnya, maka landasan tauhid menjadi pilar yang harus dikokohkan sehingga membuka kesadaran gerakan untuk transformasi sosial,” jelas alumni Inggris itu.

Ia pun menyandarkan harapannya pada peran mahasiswa kini agar rajin membaca sebagai landasan ilmu pengetahuan untuk bekal berpikir yang lebih luas serta memiliki keyakinan yang kuat terhadap diri sendiri. “Kalian akan menjadi generasi yang mampu memberikan cahaya bagi umat manusia,” tegasnya.

Acara tersebut juga menghadirkan Fuad Fahmi Hasan, Founder Urban Care Community dan Ketua Yayasan Seribu Senyum yang sudah kenyang pengalaman dalam bergerak melakukan pemberdayaan dan pendampingan masyarakat.

Dalam penyampaiannya, Fuad dalam perspektif praksis gerakan sosial mengatakan bahwa mahasiswa sekarang banyak terjebak dalam kemajuan teknologi yang cenderung pragmatis dan terbelenggu dalam dialektika dan retorika tanpa ada tindakan yang nyata. “Perlu adanya gerakan creative minority yang membuat gelombang-gelombang perubahan bukan hanya sekedar ombak-ombak kecil yang ketika sampai ke pantai tidak mengubah apa-apa,” tuturnya.

Melalui praksis gerakan sosial diharapkan mampu mengubah pola pikir serta kebiasaan masyarakat dari yang tidak bisa menjadi bisa sampai akhirnya mampu bertahan hidup dengan kemampuannya sendiri. Dengan kata lain, gerakan sosial ini sebagai jalan untuk membantu kaum mustadh’afin mengatasi problem yang semakin kompleks serta mengentaskan dari belenggu hegemoni.

Ia mengajak peserta untuk melakukan gerakan perubahan sejak dini mulai dari alam pemikiran hingga diwujudkan dalam implementasi gerakan, dan juga menjaga semangat kebersamaan menciptakan suatu komunitas sebagai lahan dakwah.

Di penghujung kegiatan yang diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai elemen organisasi maupun secara pribadi itu, Adi Stiawan, moderator bedah buku tersebut memberikan sajak yang menarik sebagai sarana refleksi bagi mahasiswa.

Jika Pemuda merupakan ujung tombak dari sebuah perubahan, Maka jangan ada lagi pertikaian di antara kalian, Buat hidup lebih berarti dengan berbagi juga mengabdi,
Kurangi ekspektasi perbanyak langkah yang pasti agar tercapai ridho Illahi.

Mahasiswa jangan hanya terjebak dalam retorika dan wacana belaka, Perlu ada praksis gerakan dalam mewujudkan perubahan sosial dari masa ke masa, Sebab, mahasiswa saat ini lebih suka berkeluh kesah daripada berjuang bersama-sama.

Mulailah dari keyakinan dalam diri, untuk menjadi penerang bagi umat nanti, Bergeraklah menurut hati nurani jangan terhasut hawa nafsu yg sering mengikuti, Perbanyak mambaca perdalam ilmu pengetahuan, sebagai bentuk pengembangan kapasitas diri.

Sajak yang mengajak mahasiswa dan pemuda pada umumnya untuk sadar akan tanggungjawab sosial yang diembannya. (uby/rzl)

Comments

Popular Posts

Meneladani Akhlak Rasulullah SAW

Refleksi Diri dalam Meneladani Muhammad SAW

Koridor-koridor Toleransi dalam Agama