Mewujudkan Good Governance melalui Nalar Kemanusiaan (Resensi Buku Nalar Kemanusiaan Nalar Perubahan Sosial)
Nalar kemanusiaan, nalar perubahan sosial ingin menggambarkan keyakinan penulis bahwa perubahan sosial merupakan nalar yang niscaya dalam pergulatan beragama, interaksi sosial, kebudayaan, politik, dan ekonomi. Nalar perubahan sosial dalam berbagai macam bidang itu merupakan nalar kemanusiaan. Dengan kata lain, perubahan sosial adalah tradisi kemanusiaan, sedangkan nalar kemanusiaan merupakan paradigma yang harus menyertai setiap pemancangan perubahan sosial itu.
Tema perubahan sosial untuk kemanusiaan ataupun topik-topik kemanusiaan sebagai basis perubahan sosial selalu menarik untuk ditelaah. Sebab, di dalamnya memuat semangat refleksi kritis seorang aktor yang tergabung dalam komunitas tertentu maupun tanggung-jawab aktor tersebut untuk senantiasa bergerak dan melakukan pemihakan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Meminjam istilah Emha Ainun Najib (Cak Nun), dalam setiap upaya melakukan perubahan sosial untuk pemihakan kepada nilai-nilai kemanusiaan, untuk meletupkan kemunculan tatanan sosial dan budaya baru yang seharusnya menjadi keyakinan seorang aktor gerakan perubahan adalah kesiapannya untuk senantiasa istiqamah menciptakan gelombang gerakan perubahan, bukan sekadar gerakan riak-riak ombak untuk perubahan.
Prof. Hasan Hanafi berpendapat bahwa perubahan sosial yang dilakukan Rasulullah SAW mensyaratkan dasar pemancangan tauhid untuk penghayatan kehadiran Allah sebagai antipoda kemungkaran sosial. Penghayatan tersebut membutuhkan nalar kemanusiaan sebagai refleksi teologis untuk sinaran cahaya kebenaran dan keadilan dalam melihat realitas sosial. Kedua dengan mensyaratkan kepekaan dan pemihakan sosial.
Senada dengannya (Cak Nun dan Prof. Hasan Hanafi), inti dari telaah nalar kemanusiaan, nalar perubahan sosial adalah bahwa nalar perubahan sosial merupakan keyakinan teologis-normatif sebagai refleksi sosial atas persoalan ketidakadilan, kemungkaran sosial, keserakahan, dan diskriminasi yang menggelayuti ruang historis kemanusiaan. Nalar kemanusiaan, nalar perubahan sosial bermaksud membuat manifesto terkait nalar kemanusiaan sebagai penggerak manifestasi moralitas intelektual serta kritisisme, sebagai tesis yang menghayati gelombang pergerakan sosial yang genuine, serta sebagai lirik yang melantunkan kejernihan hati ideologi. Nalar kemanusiaan merupakan negasi nalar tradisional yang merujuk pada struktur oportunisme serta penghambaan ideologis yang tidak peka terhadap akar masalah dan realitas sosio-historis masyarakat.
Rumah Indonesia sebagai realitas sosial, ekonomi, politik, dan budaya hingga kini masih bergulat dan bergelut menuju perbaikan-perbaikan.
Gerakan Mahasiswa untuk Praksis Peradaban Progresif“Peradaban progresif memiliki ciri rekayasa sosial yang tidak berbasis pada pesimisme, melainkan pada optimisme. Basis perubahan ke arah keterbukaan dan kesejahteraan seperti disebutkan oleh Rasulullah SAW adalah tidak putus-asa terhadap rahmat Allah. Dalam bahasa Max Horkheimer dan Welter Benjamin, perubahan masyarakat hendaknya berbasis pada kekuatan kritis yang dibangun di tengah inti masyarakat yang menghargai ruang individu”
Secara visioner, para pemuda (mahasiswa) Indonesia sadar bahwa Indonesia di masa depan adalah Indonesia yang adil dan makmur dengan ditandai oleh 1) sistem negara demokratis-partisipatoris bukan totaliter-oligarkis. Negara dengan candraan, transparansi, akuntabilitas, law enforcement, pertimbangan, pembatasan, power sharing, sirkulasi, kontestasi, kepastian political game, keberpihakan kepada rakyat (umat), sistem sosial yang memanifestasikan freedom, public sphere, law (certainty, equity, fairness bagi seluruh masyarakat Indonesia); 2) dalam bingkai manifestasi sistem sosial adalah terimplementasikannya redistribusi kapital, pembatasan yang kuat, perlindungan yang lemah (keadilan), jaminan, kemakmuran dan kesempatan untuk semua orang, sustainabilitas, efisiensi, serta daya saing yang dilindungi.
Kekuatan mahasiswa sebagai pelopor dan pendobrak, kini mengalami kebingungan melakukan rekayasa perubahan ini sendiri bagi Indonesia di masa depan secara sistematis. Padahal dalam konteks historis gerakan mahasiswa di Indonesia sejauh terlihat, memiliki dua orientasi faktual, yaitu orientasi mencetak sejarah (tarikhiyah) dan membuat peradaban (madaniyah). Orientasi kesejarahan adalah bingkai gerakan visioner perubahan untuk sekadar mengisi ruang sejarah. Indikator gerakan ini bersifat eksistensial organisatoris, sekalipun terkadang reaktif. Gerakan itu berbasis pada tujuan untuk sekadar dicatat oleh ruang sejarah. Sedangkan orientasi peradaban merupakan gerakan visioner perubahan untuk meletakkan kerangka konseptual dan aksi dalam bingkai peradaban, di mana indikatornya bersifat dialektis dan sustainable.
Peradaban Progresif
Peradaban (civilization) menurut Raymond Williams merupakan suatu kondisi dari kehidupan sosial-masyarakat yang organik. Kehidupan sosial-masyarakat organik dalam konteks civilization ini hendak dibedakan dengan kondisi masyarakat barbar yang mekanik. Organik dan mekanik tersebut adalah dalam pengertian Durkheimian. Organik memiliki ciri khas: professional, concern terhadap pembagian kerja, serta taat hukum (hukum dijadikan rasionalisasi setiap tindakan). Sedangkan mekanik memiliki ciri khusus: komunal, tidak concern terhadap pembagian kerja, serta hukum dijadikan sebagai perangkat represi.
Nurcholish Madjid (Cak Nur) mengemukakan konstruksi peradaban yang berbasiskan pada tradisi islam. Kalau sejarah Rasulullah SAW pernah tertoreh pasca rekayasa model masyarakat madani di Madinah, maka peradaban yang dimaksudkan Cak Nur adalah kondisi suatu masyarakat yang secara nilai dan praksis memanifestasikan: keadilan, kesejahteraan, toleransi, taat hukum, terbuka, siap menjalin hubungan dengan siapa saja yang mau membangun sistem untuk harkat dan martabat manusia (1992).
Jika demikian, konseptualisasi peradaban itu, maka semestinya peradaban bergerak terus-menerus secara progresif. Istilah peradaban progresif ini diambil dari Coleridge (dalam Raymond Williams) yang menyatakan bahwa pembangunan peradaban tidak seharusnya bersifat cultivate, mandek, dan dalam konteks strategi tidak mengindahkan penghargaan seperti kritik Rasulullah SAW terhadap suku Quraisy yang menandaskan kesejahteraan dengan maksud mengeksploitasi masyarakat Arab yang lemah, atau seperti kritik kaum Marxis terhadap masyarakat kapitalis yang mengeksploitasi alam dan harkat-martabat manusia (buruh dan kaum lemah) sebagai akibat modernisasi.
Dengan kata lain, peradaban progresif mengandaikan suatu formula rekayasa perubahan masyarakat secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan tujuan pencapaian ciri khas masyarakat civilized di atas. Peradaban progresif juga berkait dengan kearifan lokal. Artinya, peradaban itu bukan saja hak-hak negara-negara maju. Setiap negara memiliki kearifan tradisi (budaya dan peradabannya) sendiri yang dengan prinsip pluralitas peradaban itulah kerangka sistem dunia dengan sendirinya menandaskan penghargaan terhadap seluruh peradaban masyarakat dunia lain.
Peradaban progresif memiliki ciri khas rekayasa sosial yang tidak berbasis pada pesimisme, melainkan pada optimism. Basis perubahan ke arah keterbukaan dan kesejahteraan seperti disebutkan oleh Rasulullah SAW adalah tidak putus asa terhadap rahmat Allah SWT (kehendak baik dan kebenaran). Dalam bahasa Max Horkheimer dan Welter Benjamin, perubahan masyarakat itu hendaknya berbasis pada kekuatan kritis yang dibangun di tengah-tengah inti masyarakat yang menghargai ruang individu. Dengan kata lain, dalam konteks masyarakat konflik. Perubahan ke arah sana tidak dimaksudkan sebagai bagian dari kecurigaan, melainkan keseiringan dan tanpa putus asa untuk terus menorehkan peradaban. Pada saatnya nanti, kekuatan kritis itu akan mengemuka menjadi kekuatan yang menciptakan ruang publik peradaban. Yakni, suatu ruang public yang intens mencipta konsep dan gerakan untuk kehendak peradaban.
Gerakan MahasiswaGerakan mahasiswa tampaknya tidak concern untuk penciptaan suasana peradaban di atas secara sustainable. Kalaupun ada hanyalah bersifat eksistensial untuk kebutuhan promoting organisasi atau hanya untuk menciptakan sejarah. Concern mahasiswa terbelah dan tidak fokus. Apa yang dilakukan mahasiswa hanya berhenti di jargon dan retorika.
Suatu contoh, tentang penciptaan pluralisme keagamaan dan pemikiran. Mahasiswa hari ini cenderung terpolarisasi untuk lebih mengedepankan agenda identitas sempit. Sehingga justru mereka mengikuti arus keterbelahan karena kepentingan keagamaan yang ada di masyarakat. Jika, katakanlah mahasiswa itu merupakan kekuatan pelopor dan pendobrak, seharusnya dengan fasilitas dan instrumen yang ada, mereka seharusnya menjadi kekuatan kritis untuk perubahan dan rekayasa masyarakat sesuai dengan cita-cita kesejahteraan dan kemakmuran keberagaman di Indonesia.
Contoh lain, dalam bingkai problem-problem yang berkait dengan kebijakan publik. Mahasiswa terlihat kurang respon secara sustainable terhadap masalah korupsi, HAM, konflik, dan sebagainya. Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa mahasiswa kurang peka terhadap realitas kebangsaan yang terjadi. Concern di sini ukurannya bukan sekadar peduli melalui bicara dan demonstrasi, meski ini perlu sebagai sesuatu upaya instan. Saat ini concern lebih bermakna kepedulian dengan cara yang sistematis dan sustainable.
Karena ini juga menyentuh kepentingan Indonesia di masa depan, maka seluruh mahasiswa perlu segera, 1) mengubah cara berpikir sempit dari segi keagamaan, etnik, maupun ekonomi; 2) melakukan rekayasa sosial untuk perubahan; 3) concern terhadap isu-isu spesifik, seperti isu HAM dan inter-etnic dialogue; 4) kritis terhadap kebijakan publik yang ditelurkan oleh negara (eksekutif, legislatif, yudikatif); dan 5) melakukan rekayasa percepatan aktivisme di kalangan mahasiswa yang mau diajak bekerja sama membangun Indonesia. Maka, hanya dengan upaya inilah, perubahan ke arah Indonesia dengan wajah pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (good government) akan bisa dievaluasi perwujudannya.
Pustaka :Khaidir, Piet H. (2006). Nalar Kemanusiaan Nalar Perubahan Sosial. Teraju, Jakarta
Comments
Post a Comment